WERENG BATANG COKELAT

Wereng merupakan hama yang sangat dibenci oleh petugas penyuluh lapang maupun petani sendiri. Serangan hama ini bisa menimbulkan puso/ gagal panen, dalam waktu serangan yang sangat singkat. Oleh karena itu hama ini perlu mendapatkan perhatian utama selain hama tikus.
Gejala serangan wereng coklat dilihat dari kejauhan
Gejala sengan wereng coklat dilihat dari dekat
Ada 4 Faktor yang menyebabkan terjadi ledakan wereng cokelat :
1. Cuaca.
Keadaan cuaca yang sering mendung / kelembapan udara yang tinggi bisa mendukung perkembangan wereng cokelat. Untuk daerah-daerah pertanaman padi pada cekungan dimana aliran udara tidak bisa bagus seperti daerah datar perlu diwaspadai karena tingkat kelembapan udara akan cepat naik. Jika kondisi cuaca panas stabil maka perkembangan wereng coklat akan terhambat, tetapi sebaliknya keadaan panas yang stabil seperti itu mendukung perkembangan wereng hijau.
2. Varietas peka
Ada beberapa varietas yang memang sudah tidak tahan dengan serangan wereng cokelat. Sebagai contoh di daerah saya padi varietas IR 64 lebih disukai wereng cokelat/ lebih mudah terserang wereng cokelat. Pada bebrapa varietas padi ada toleransi ketahanan terhadap serangan wereng cokelat biotipe 1, biotipe2 dan biotipe3. Ketika padi yang hanya bisa tahan terserang wereng cokelat biotipe 1 di serang oleh wereng cokelat biotipe 2 maka penyebaran wereng akan semakin cepat. Contoh padi varietas unggul baru INPARI 3 tahan terhadap wereng cokelat biotipe 3.
3. Patahnya varietas tahan
Semua makhluk hidup melakukan adaptasi dengan lingkungan, begitu pula dengan wereng. Varietas padi yang dulunya tahan terhadap serangan wereng menjadi rentan, seperti contoh IR64. Oleh karena itu perlu ditanam varietas yang lebih baru untuk mengatisipasi adaptasi yang telah dilakukan wereng terhadap padi varietas tertentu.
4. Penggunaan pestisida yang kurang bijaksana
Penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan anjuran menyebabkan terbunuhnya musuh alami wereng, kebalnya generasi berikutnya terhadap aplikasi pestisida serupa sehingga harus menaikkan dosis, dan pencemaran terhadap lingkungan.

Wereng batang coklat memiliki dinamika populasi :
1. Generasi pendatang (G0) = populasi migran
2. Generasi penetap (G1)
3. Generasi perusak (G2)
4. Generasi penyebar
Fokus utama untuk pengendalian secara kimia adalah pada G0 dan G1, sehingga bisa di antisipasi rusaknya tanaman akibat serangan wereng serta meminimalisir wilayah penyebarannya.
Serangan wereng pada fase vegetatif
Populasi wereng pada fase generatif
 Gejala yang tampak dari serangan wereng cokelat (Nilaparvata lugens) dapat dilihat dari daun yang menguning kemudian tanaman mengering dengan cepat (seperti terbakar). Gejala ini dikenal dengan istilah hopperbum. Dalam suatu hamparan gejala Hopperbum terlihat seperti lingkaran yang menunjukkan pola penyebaran wereng cokelat, dimulai pada suatu titik dan menyebar ke segala arah dengan pola lingkaran. Dalam keadaan demikian populasi wereng cokelat biasanya sudah sangat tinggi. Wereng menghisap cairan dari lapisan mesofil. Telur diletakkan di bagian pelepah daun, telur-telur tersebut akan menghambat xylem dan phloem sehingga akan menghambat aliran air dan makanan. Wereng dewasa dapat menyebar/bermigrasi sampai beratus-ratus kilometer. Panjang wereng 0,1cm - 0,4 cm.

Pengendalian Wereng coklat dapat dilakukan dengan cara :
1. Pengendalian bercocok tanam
Cara pengendalian ini meliputi penggunaan varietas tahan wereng batang ciklat seperti ciherang, inpari 3, Bogowonto, PB48, PB54, PB36 dsb. Pemberian pupuk N jangan dilakukan sekaligus, tetapi dibagi menjadi tiga kali selama pertumbuhan tanaman padi. Penanaman serentak pada hamparan yang luas dalam kurun waktu 3 minggu serta adanya periode tanpa tanaman padi dapat menghambat perkembangan populasi wereng batang coklat. Pengeringan sawah selama 3-4hari perlu dilakukan bila dijumpai serangan awal wereng batang cokelat untuk mengurangi kelembapan areal persawahan, karena kelembapan yang tinggi mendukung perkembangan wereng batang coklat. Rumpun padi yang terlihat terserang virus kerdil rumput atau kerdil hampa harus segera dicabut dan dimusnahkan.
2. Pengendalian hayati
Wereng coklat mempunyai banyak musuh alami yang berupa parasitoid, predator dan patogen. Umumnya musuh alami ini mampu mengendalikan perkembangan populasi wereng batang coklat. Sebelum memutuskan untuk melakukan pengendalian dengan menggunakan insektisida kimia perlu dilakukan penjaringan di areal pertanaman padi untuk menghitung perbandingan musuh alami dan wereng, jika musuh alami sebanding atau lebih dibandingkan jumlah wereng maka tidak perlu dilakukan pengendalian secara kimia. Penggunaan insektisida kimia yang sembarangan dapat membunuh musuh-musuh alami ini, sehingga wereng coklat meldak populasinya yang dikenal dengan istilah resurgensi. Musuh alami telur wereng yang paling penting adalah Anagrus spp. Telur wereng batang coklat juga banyak dimangsa oleh kepik predator Cythorinus lividpennis. Berbagai predator seperti laba-laba Pardosa pseudoannulata, kumbang Ophionea higofasciata, dan kumbang tomcat Paederus fuscipes memangsa nimfa dan imago wereng coklat. Wereng yang hidup dekat dengan permukaan air atau yang jatuh dapat dimangsa oleh predator yang hidup di air sawah seperti kepik Mesovelia sp. Nimfa dan imago wereng coklat juga dapat diinfeksi cendawan Hirsutella citriformis, yang dapat dikenali dari adanya filament panjabg berwarna putih kotor atau kelabu pada permukaan tubuhnya.
3. Pengendalian kimia
Aplikasi insektisida kimia umumnya tidak diperlukan bila padi yang ditanam tergolong varietas tahan. Penggunaan insektisida butiran kurang efektif terutama bila tanaman padi sudah besar atau tua. Penyemprotan pada saat banyak makroptera akan membunuh musuh alami, tetapi tidak membunuh telur yang ada dalam jaringan. Oleh karena itu setelah telur mentas, nimfa akan keluar dan akan terbebas dari musuh alami.
Begitu pula aplikasi insektisida pada saat werng dalam stadia nimfa tidak cukup bermanfaat, karena pada umumnya peredator banyak memangsa nimfa, jika populasi predator lebih banyak.
Penyemprotan insektisida pada bagian atas tajuk tanaman tidak akan mengenai wereng coklat yang hidup pada pangkal batang. Dalam hal ini tajuk tanaman padi berperan sebagai payung yang melindungi wereng dari tetesan halus insektisida.
Insektisida yang bisa digunakan jika populasi meningkat lebih dari 10 ekor perumpun pada umur kurang dari 40 HST, dan lebih dari 40ekor perumpun pada umur lebih dari 40 HST. Bisa menggunakan insektisida berbahan aktif Buprofesin.
4. Eradikasi selektif pada serangan ringan dan eradikasi total pada serangan berat
5. Peningkatan pengawasan dan pengamatan populasi sejak awal semai
Untuk memantau fluktuasi populasi dari migrasi luar daerah dapat menggunakan perangkap cahaya, sedangkan pada areal tanaman padi dapat menggunakan sex feromon. 

Comments

Popular posts from this blog

CARA MELAKUKAN UJI KUALITAS TANAH SECARA SEDERHANA

jenis jenis IKAN CUPANG/IKANG LAGA

PATOGEN PADA HAMA TANAMAN PADI