INTENSIFIKASI TANAMAN PADI
Intensifikasi tanaman padi (ITP) merupakan sebuah metode untuk meningkatkan jumlah produksi padi. Metode ini telah banyak di gunakan oleh banyak negara. Pertama ditemukan dari Madagaskar oleh Henri de Lauline pada tahun 1980, metode ini sering disebut juga dengan System Rice Intensification (SRI). Konsep SRI adalah cara bertani dengan menggunakan input minimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal (lebih banyak). Disamping meningkatkan produksi, dengan metode ini juga memberikan manfaat lainnya seperti :
1. Penggunaan air yang lebih sedikit
2. Menghemat kebutuhan akan benih
3. Ramah lingkungan karena menggunakan input kimia lebih sedikit.
Penggunaan air pada metode SRI dapat menghemat 20%-50% dari kebutuhan air dengan sistem tanam tradisional yang biasanya selalu menggenangi tanaman padi. Tanah cukup dijaga tetap lembab selama pertumbuhan vegetatif, untuk memungkinkan lebih banyaak oksigen bagi pertumbuhan akar. Sesekali (kurang lebih seminggu sekali) tanah harus dikeringkan sampai retak/ dibiarkan sampai retak. Ini dimaksudkan agar oksigen dari udara dapat masuk ke dalam tanah dan mendorong akar untuk mencari air. Dengan cara demikian maka pertumbuhan akar akan lebih baik dibandingkan dengan melakukan pengairan secara terus menerus. Pertumbuhan akar tersebut nantinya bermanfaat untuk menunjang pertumbuhan tanaman dalam mendapatkan unsur hara dan menjaga kekokohan tanaman. Sebaliknya jika tanah sawah selalu digenangi maka akar akan sulit berkembang/ sulit untuk tumbuh dan menyebar serta oksigen tidak dapat masuk untuk menunjang pertumbuhan akar agar lebih subur.
Kondisi demikian ditunjang dengan pendangiran secara mekanis akan mennghasilkan banyak udara yang masuk ke dalam tanah dan akar akan lebih berkembang besar sehingga dapat menyerap nutrisi/unsur hara lebih banyak. Sebelum di lakukan pendangiran tanah terlebih dahulu digenangi untuk mempermudah proses pendangiran karena tanah tidak begitu keras. Pengairan paling bagus dilakukan pada sore hari, dengan harapan pada waktu ke esokan harinya air di permukaan sudah surut. manfaat dari cara ini adalah memaksimalkan penyerapan radiasi cahaya matahari bagi tanaman dan tanah akan selalu hangat, sebaliknya jika kondisi tanah tergenang pada waktu siang hari maka akan memantulan radiasi cahaya matahari dan hanya menyerap sedikit panas yang dibutuhkan oleh tanaman.
Dengan sistem SRI kondisi tidak tergenangi hanya dipertahankan selama proses vegetatif. Selanjutnya setelah pembungaan sawah digenangi 1-3cm sperti yang diterapkan pada pertanian tradisional hingga 7-25 hari sebelum panen.
Penghematan kebutuhan akan benih jika menggunakan sistem SRI mencapai 80%. Kebutuhan benih rata-rata 6-7Kg/ Ha dibandingkan dengan metode tradisional yang mencapai 107Kg/Ha. Pembibitan dilakukan pada lahan yang kering atau bisa menggunakan wadah. Pada persemaian menggunakan lahan pertama-tama harus menyiapkan persemaian di tempat kering dan tidak tergenang kemudian sebarkan benih di persemaian rata dan jarang kemudian tutup dengan kompos/tanah yang halus tekan pelan-pelan untuk memadatkannya terakhir diberikan mulsa dari sisa jerami/rumput kering. Sirami lahan persemaian tersebut dengan gembor.
Jika menggunakan wadah, bisa menggunakan wadah dari "besek", "tampah/nampan" atau dari sampah kaleng tempat roti dengan memberikan lubang-lubang kecil pada bagiaan bawahnya. Pertama yang dilakukan adalah menyiapkan wadah kemudian diberikan lembaran daun pisang yang sudah agak layu. Setelah itu diberikan tanah dan benih disebar secara merata, tutup dengan kompos dan berikan mulsa dari sisa jerami padi. Sirami tempat persemaian tersebut dengan gembor.
Kebutuhan benih menjadi lebih sedikit karena sistem SRI ini menerapkan tanam satu lubang satu tanaman dan jarak tanam yang lebar-lebar, paling kecil 25cmx25cm.
Ramah lingkungan karena pada sistem ini banyak menggunakan input organik berupa kompos atau pupuk dari kandang. Sehingga bisa menghemat juga pengeluaran petani dalam membeli sarana produksi pertanian karena pada umumnya petani juga memiliki ternah yang bisa menjadi sumber daya potensial dalam menghasilkan pupuk oeranik secara mandiri. Beberapa penjelasan ilmiah mengenai sistem SRI adalah sebagai berikut :
a. Proses Fiksasi Biologi Nitrogen(BNF). bakteri dan mikroba yang bebas hidup disekitar akar padi dapat menguraikan nitrogen yang diperlukan untuk tanaman. Diketahui bahwa sekitar 80% bakteri di dalam tanah dan sekitar akar tanaman padi memiliki kemampuan menyediakan nitrogen, tetapi potensi tersebut tidak akan menjadi nyata jika penggunaan pupuk kimia atau pupuk nitrogen kimia diteruskan atau dalam kondisi tanah anaerobik dan tergenang.
b. tanaman dapat tumbuh baik pada kondisi hara rendah selama hara tersebut tersedia secara berimbang dan konsisten. Kompos dapat memberikan unsur hara sedikit demi sedikit tetapi konsisten.
c. Tanaman dengan akar yang bebas menyebar dapat menyerap unsur hara yang semakin banyak. Pertumbuhan akar yang bebas hanya mungkin terjadi pada bibit yang usianya muda yang punya banyak ruang dan oksigen, bahkan saat air dan nutrisi hanya sedikit akar dapat mencarinya sendiri. Akar yang demikian dapat mengekstrak unsur hara yang lebih seimbang dalam tanah, termasuk nutrisi-nutrisi mikro yang diperlukan sedikit tapi penting.
Teknik Intensifikasi Tanaman Padi (ITP) / SRI mengandung beberapa teknologi tepat guna yaitu :
1. Transplantasi dini
Tanam bibit ketika baru berdaun dua dan kulit buah yang masih menempel, biasanya umur 8-12hari, terkadang hingga 15 hari dan daerah-daerah yang lebih dingin bisa mencapai 15-18hari. Transplantasi dini memberikan kesempatan maksimum untuk berakar, berdaun dan berkembang. Tiap harinya akan menunda penurunan potensi pertumbuhan, khusus nya setelah 15 Hari.
2. Transplantasi dengan hati-hati
Tanam bibit tersebut pada tanah berlumpur, bukan pada tanah yeng terdapat air mengalir, dengan pemendaman akar sedalam 1-2cm dan ujung akar mengaraah ke dalam atau menyamping. Jika bibit tersebut ditekan ke dalam tanah, ujung akar akan mengarah ke atas dan ini tidak baik karena pertumbuhannya akan lambat atau terhenti sekitar satu minggu untuk pemulihan tanaman. Transplantasi yang haati-hati akan mengurangi stres pada akar dan tanaman serta mengurangi penundaan pertumbuhan tanaman setelah di transplantasi, ini akan memberikan pengaruh yang besar pada pertumbuhan tanaman di kemudian hari.
3. Jarak tanam
Menanam bibit satu persatu, bukan dua, tiga atau empat sekaligus. Satu lubang tanam hanya terdapat satu tanaman. Bibit tersebut ditanam dalam pola persegi dengan ukuran 25cmx25cm, jarak tanam bisa ditandai dengan alai khusus misalkan menggunakan garukan untuk menandai titik pertanaman. jarak taanam yang lebar tersebut akan menunjang pertumbuhan akar dan daun menjadi lebih baik.
4. Pengairan dan pengeringan tanah yang baik
Ketika daun tanaman tumbuh berikan air secukupnya untuk menjaga tanah tetap lembab, tetapi jangan mengaliri dengan air yang mengalir terus menerus. Ketika tanaman padi mulai berbunga dan berisi butiran, pertahankan ketebalan airnya 1-2cm dalam tiap tanaman. lalukan pengeringan sebelum masa panen. Pengeringan tanah yang baik akan mendorong pertumbuhan akar lebih besar.
5. Pembersihan gulma/ penyiangan sesering mungkin
mulai membersihkan gulma 10-12 hari setelah bibit ditanam, bisa menggunakan alat garukan sederhana/landak/sosrok. Setelah itu tetap melakukan penyiang padi berikutnya setiap 10-12hari berikutnya hingga padi yang ditanam tumbuh cukup besar untuk menutupi smua lahan penanaman (membentuk kanopi). Tiap penyiangan dapat menambah hasil padi hingga 1ton/Ha. Penyiangan sesering mungkin akan menambah udara ke tanah sehingga pertumbuhan akar akan semakin baik. Mulsa juga bisa digunakan untuk mmbantu pertumbuhan gulma.
Kekurangan sistem tanam dengan cara ini adalah kebutuhan tenaga kerja meningkat karena waktu yang diperlukan untuk penanaman secara hati-hati bertambah dan penyiangan juga membutuhkan waktu yang lebih banyak. Namun hasil yang akan diperoleh akan menutup biaya upah tenaga kerja tersebut.
Comments
Post a Comment