PEMUPUKAN PADA TANAMAN JAGUNG
tanaman jagung |
Budidaya jagung memiliki prospek yang sangat bagus, jagung biasanya dipergunakan untuk bahan makan ternak seperti ayam dan unggas. Jagung merupakan bahan baku dalam pembuatan konsentrat pakan ternak. Disamping dipergunakan sebagai pakan ternak jagung juga merupakan bahan makanan yang bisa di buat menjadi nasi jagung dan produk-produk olahan lainnya. Di Negara-negara maju jagung dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol (bahan bakar).
Biasanya harga jagung pipilan kering Rp.3.600/Kg, saya memiliki lahan sekitar 800m2, saya tanami jagung dengan benih kurang dari 1kg bisa menghasilkan 288 Kg jagung pipilan kering. Padahal kondisi lahan kurang subur karena kurang pemupukan organik, saya baru mengolahnya pertama kali. Hasilnya jika dibandingkan dengan padi ternyata lebih menguntungkan jagung dengan alasan
pertama biaya produksinya rendah
untuk menanam jagung tidak diperlukan pengolahan tanah sempurna, pengolahan tanah dilakukan dengan minimum atau bahkan tanpa olah tanah. Yang terpenting adalah pembuatan saluran air agar lahan selalu kering karena jika tergenang air tanaman jagung tidak akan tumbuh dengan bagus bahkan bisa mati. Oleh karena itu penanaman jagung lebih baik di lakukan pada musim tanam ke dua atau ke tiga dimana curah hujan yang turun sedikit tetapi kebutuhan air tetap dapat tercukupi. Berbeda dengan tanaman padi yang mengharuskan pengolahan tanah dengan sempurna sehingga biaya oleh tanah pada tanaman jagung lebih rendah. Selain biaya oleh tanah yang lebih rendah tanaman jagung juga tidak memerlukan tenaga kerja yang banyak pada penanaman, berbeda dengan tanaman padi yang membutuhkan tenaga kerja yang banyak dalam penanamannya. Lahan saya saya tanami jagung sendiri, sedangkan jika tanam padi saya harus menggunakan jasa buruh tanam. Tanam jagung lebih mudah yang penting tanahnya tidak keras, biasa saya tanam setelah turun hujan dan jarak tanam tanaman jagung lebih lebar sehingga jika dibandingkan dengan tanaman padi populasi tanamannya dengan luasan yang sama tanaman jagung memiliki populasi tanaman lebih sedikit. Dalam pemanenan jagung juga lebih mudah. Biaya yang paling tinggi dari pengelolaan tanaman jagung adalah pemupukan, tanaman jagung membutuhkan pupuk yang lebih banyak dibandingkan dengan tanaman padi, terutama pupuk urea.
Kedua bisa dipanen batangnya (dijual) untuk pakan ternak atau jagungnya
Ketika terjadi musim kemarau dan sulit dalam mendapatkan air tanaman jagung masih tetap bisa dipanen hijau untuk dijadikan pakan ternak, saya pernah membeli satu ikat harga Rp.3.000 isinya 5 tanaman jagung. Lumayan tetap bisa mendapatkan keuntungan dari budidaya. Jika tetap ingin dipelihara hingga menghasilkan tongkol jagung, tanamn jagung juga bisa hidup dengan air yang minim, bahkan ada yang mencoba dengan irigasi tetes dari botol air minum dan bisa panen. Hal tersebut sangat penting diperhatikan dalam memilih tanaman budidaya karena anomaly iklim, adanya perubahan iklim yang jika dicocokkan dengan perhitungan pranata mongso kalau dalam jawa yang merupakan sumber rujukan dalam membaca keadaan alam sejak dulu ternyata banyak yang sudah tidak sesuai. Itu terjadi karena adanya perubahan iklim seperti yang sudah saya sebutkan tadi.
Ke tiga harga jualnya stabil
Jagung memiliki harga jual yang stabil, berbeda dengan tanaman padi jika musim penghujan harganya bisa turun drastis karena sulit dalam melakukan pengeringan. Jagung cenderung lebih stabil sehingga ada jaminan harga jika sewaktu-waktu panen. Penjualannya pun sangat mudah bahkan jika di lingkungan anda dekat dengan peternakan tidak jarang peternak-peternak mau membeli langsung dari rumah anda dengan harga mungkin malah lebih mahal dibandingkan dibeli oleh tengkulak di pasar.
Ke empat sela-sela jagung bisa dimanfaatkan untuk ditanami tanaman tumpangsari
Menanam jagung juga dapat dilakukan dengan tumpangsasi dengan cabai misalnya. Jadi sebelum menanam jagung tanam cabai terlebih dahulu, maksudnya adalah agar tanam cabai tidak kalah dengan tanaman jagung karena tanaman jagung daunnya bisa menutupi sela-sela tanaman sehingga mengakibatkan tanaman tumpangsari tidak mampu bersaing dalam memperebutkan cahaya, apalagi pada awal-awal pertumbuhan cahaya matahari merupakan kebutuhan tanaman yang sangat penting. Jika melakukan penanaman tanaman cabai terlebih dahulu diharapkan tanaman akan mampu bersaing sehingga semua bisa menghasilkan dengan baik. Selain cabai bisa juga dengan tanaman sayur seperti sawi atau seledri yang mana umur tanaman ini lebih pendek dibandingkan dengan umur jagung sehingga bisa panen lebih dulu. Melalui tanam tumpangsari petani bisa mendapatkan penghasilan tambahan.
Ke lima keberhasilan budidaya
Mengenai pengelolaan hama dan penyakit, tanaman jagung memiliki potensi serangan hama lebih sedikit dibandingkan tanaman padi, tingkat keberhasilan budidaya lebih tinggi. Hama yang sering meyerang tanaman jagung adalah uret, orong-orong dan ulat grayak. Dalam antisipasinya lebih mudah dibandingkan hama-hama utama pada tanaman padi. Sedangkan penyakit utama pada tanaman jagung adalah bulai, dalam antisipasi penyakit bulai ini bisa menggunakan benih yang secara genetis tahan terhadap serangan bulai
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam budidaya jagung perlu diperhatikan pemupukan tanamannya, dosis dan jenis pupuknya harus sesuai agar produksinya maksimal. Berikut jenis-jenis unsure hara yang diperlukan tanaman jagung :
Terdapat 19 unsur hara esensial : C, H, O, N, P, K, S, Ca, Mg, Fe, Mn, Cu, Mo, B, Si, Na
Berdasarkan jumlah hara yang diperlukan tanaman dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Hara makro primer : diperlukan tanaman dalam jumlah yang banyak. Hara makro primer ini antara lain : C, H, O, N, P, K, S
2. Hara makro sekunder : diperlukan tanaman dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan hara makro primer. Hara makro sekunder ini antara lain : Ca, Mg, Na dan Si
3. Hara mikro : Diperlukan tanaman dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan hara makro. Hara mikro terdiri dari : Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, B dan Cl.
Ada beberapa hara yang perlu di penuhi dalam pemupukan untuk menunjang pertumbuhan dan hasil tanaman, masing-masing unsure hara memiliki fungsi yang berbeda-beda. Berikut fungsi dari unsure hara yang dibutuhkan tanaman jagung :
N (Nitrogen)
- Peranan / fungsi : Nitrogen merupakan bagian terpenting dari asam amino, asam nucleat, dan chorophyl. Pemberian nitrogen dapat mempercepat pertumbuhan vegetative (tinggi tanaman, lebar daun, besar dan panjang tongkol, jumlah anakan). Dan fungsi yang terakhir adalah meningkatkan kadar protein tanaman
- Nitrogen diserap dari larutan tanah dalam bentuk NO3-atau NH4+
- Dalam jaringan tanaman nitrogen yang telah diserap tersebut diubah menjadi N Organik kemudian menjadi Asam amino dan menjadi protein
- Kebutuhan Nitrogen tertinggi adalah pada pertumbuhan vegetative hingga primodia bunga
- Gejala defisiensi (kekurangan) Nitrogen adalah : tanaman kerdil, daun kekuningan (klorosis) terutama daun tua, daun kecil-kecil, tongkol kecil
- Batas kritis kadar Nitrogen dalam daun pada stadium pertumbuhan <2 span="">2>
- Penyebab kekurangan Nitrogen adalah : kadar N dan bahan organik tanah rendah, pemberian pupuk N rendah, Efisiensi pemupukan N rendah (banyak N hilang karena volatilisasi NH3, denitrifikasi, cara dan waktu pemupukan yang salah, pencucian/run off aliran permukaan sehingga tidak terjangkau akar tanaman), Penggenangan lahan secara terus-menerus menyebabkan kondisi reduksi yang berakibat supali N dan bahan organik terhambat, Penambatan N2 dari udara secara biologi (fiksasi N)oleh mikroba tanah terhambat karena adanya defisiensi P dalam tanah.
- Tanah yang rentan terjadi defisiensi N : Tanah dengan kadar bahan organik rendah (<1 alkalin="" berpasir="" c="" kadar="" p="" ph="" rendah="" sering="" tanah="" tergenang="" yang=""> 7) dengan potensi volatilisasi NH3 tinggi. 1>
Fosfor (P)
- Peran / fungsi : bagian terpenting dari ATP(adenosine phosphate) yang berfungsi sebagai energy kimia untuk menyimpan dan transfer energy dalam seluruh proses metabolism tanaman, bagian utama inti sel dan asam nucleat, memperbanyak anakan dan pertumbuhan akar, mempercepat pembungaan dan pemasakan
- Fosfor diserap dari larutan tanah dalam bentuk ion H2PO4-dan HPO42-
- Gejala defisiensi (kekurangan) Fosfor adalah : tanaman kerdil warna daun hijau gelap, akar dan anakan sedikit, sering timbul warna keunguan pada pelebah daun / batang, pemasakan terhambat (terlebih pada pemupukan N tinggi), tongkol tidak sempurna, respon terhadap pemupukan N rendah
- Penyebab kekurangan Fosfor adalah : kadar P tanah rendah, pemupukan P rendah, Efisiensi pemupukan P rendah (fiksasi P oleh Al dan Fe pada lahan kering masam, atau fiksasi P oleh Ca pada lahan kering alkalin) sehingga P kurang tersedia, pengapuran berlebih pada lahan masam menyebabkan fiksasi P oleh Ca, Pemupukan N berlebih sedangkan pemupukan P rendah
- Tanah yang rentan terjadi defisiensi P : tanah berpasir dengan bahan organik dan cadangan P rendah, tanah masam di lahan kering dimana fiksasi P tinggi seperti tanah podsolik merah kuning (ultisols dan oxisols), tanah yang telah terdegradasi, tanah gambut, tanah sulfat masam di daerah pasang surut, tanah alkaline dengan pH > 7,5.
Kalium (K)
- Peranan / fungsi : transportasi hasil-hasil asimilasi/proses fotosintesa di daun ke bagian tanaman lain, mengatur tekanan osmose/turgor, memperkuat dinding sel, activator enzim pada seluruh proses metabolism tanaman, menunda penuaan daun, memaksimalkan pengisian tongkol
- K diambil dari larutan tanah dalam bentuk K+
- Gejala defisiensi (kekurangan) K : pinggir daun berwarna kuning kecoklatan disertai bercak warna jingga terutama pada daun tua kemudian mengering, tanaman tumbuh kerdil dan daun-daun terkulai, sering terjadi rebah karena N/K ratio tinggi, penuaan daun lebih cepat, kekosongan ujung tongkol, pertumbuhan akar tidak sehat (banyak akar yang busuk karena kehilangan daya oksidasi, sehingga serapan hara terganggu), tanaman jagung mudah terserang penyakit bercak daun bila pupuk N berlebihan
- Penyebab terjadinya defisiensi K : kadar K tanah rendah, pemupukan K kurang, setiap panen seresah diangkut keluar lahan bersama panen, sumbangan K dari air irigasi rendah, efisiensi pemupukan K rendah karena fiksasi K oleh mineral liat tipe 2:1 atau tanah berpasir sehingga K tercuci ke lapisan bawah karena K sangat mobile, keadaan lingkungan perakaran yang sangat reduktif, Ratio Ca/K atau Mg/K yang tinggi dalam larutan tanah sehingga Ca dan Mg menekan serapan K
- Lahan yang biasa terjadi defisiensi K : tanah berpasir dengan kapasitas tukar kation rendah dan cadangan K rendah, tanah masam yang telah terdegradasi lanjut, tanah sawah dengan jenis mineral liat 2:1 (montmorilonit), tanah dengan ratio (Ca/K) dan (Mg/K) dalam larutan tinggi, tanah sawah yang drainasenya buruk menyebabkan serapan K terhambat oleh Fe2+asam-asam organik dan H2S, Penggunaan N dan P berlebihan ( pemupukan tidak berimbang), lapisan olah tanah dangkal sehingga perakaran tanaman terbatas, perbedaan varietas tanaman (varietas unggul memerloukan K lebih banyak)
Pemupukan pada lahan harus dilakukan dengan berimbang dan memperhatikan spesifik lokasi dengan cara :
1. Memanfaatkan semaksimal mungkin hara alami dari tanah, sisa tanaman dan bahan organik
2. Pemupukan berfungsi hanya untuk memenuhi kekurangan hara
3. Menggunakan bagan warna daun (BWD)
4. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan analisis tanah
5. Pemupukan berdasarkan respon hasil tanaman
6. Pemupukan berdasarkan hasil kajian rekomendasi pemupukan (lahan sawah dan lahan kering)
Tabel 1. Pemupukan Berdasarkan Kebutuhan Hara Tanaman
No | Komoditas | Kebutuhan hara optimal (Kg/Ton/Ha) | |||||
N | Urea | P2O5 | SP36 | K2O | KCL | ||
1 | Jagung | 25,4 | 55,3 | 10,2 | 28,2 | 19,9 | 33,2 |
2 | Kacang tanah | 60 | 130,4 | 11,9 | 33,1 | 33,6 | 56 |
3 | Kedelai | 60 | 130,4 | 12,6 | 35 | 28,8 | 48 |
4 | Bawang merah | 4 | 8,7 | 1,5 | 4,2 | 4,4 | 7,3 |
5 | Kentang | 5,3 | 11,6 | 2 | 5,6 | 7,8 | 13 |
6 | Cabai | 8 | 17,4 | 1,7 | 4,8 | 10,8 | 18 |
Sumber : PPI-PPIC (2001) , efisiensi pemupukan : N(25-35%), P(40-60%), K(10-20%)
Tabel 2. Kebutuhan Hara Tanaman Per Status Hara Tanah
Status Hara Tanah | Tinggi | Sedang | Rendah |
Urea | 75% | 100% | 100% |
SP36 | 50% | 75% | 100% |
KCL | 50% | 75% | 100% |
Jika di amati pada dua table di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu pemupukan berdasarkan status hara tanah dengan mempertimbangkan kandungan hara tinggi sedang atau rendah, pengukuran hara tanah bisa dilakukan menggunakan PUTS(Perangkat Uji Tanah Sawah) / PUTT (perangkat Uji Tanah Tegal), dan jumlah persen pupuk yang diberikan pemupukan bisa mengacu hasil pengukuran tersebut. Kedua kebutuhan hara optimal tanaman jagung seperti yang tertera pada table 1 bisa sebagai panduan untuk mencapai potensi hasil tanaman dalam ton per Ha. Potensi hasil tanaman bisa di lihat pada label benih, untuk mencapai potensi tersebut tentu harus didukung pula dengan status lahan. Lahan sawah memiliki tingkat kesuburan lebih tinggi dibandingkan lahan tegalan, selain itu juga perlu dilihat jenis tanah yang akan ditanami.
Tabel 3. Kebutuhan Pupuk N Berdasarkan Respon Hasil dan Efisiensi
Target hasil (ton/Ha) | Rendah (2-4 ton/Ha) | Sedang (4-5ton/Ha) | Tinggi (5-7 ton/Ha) |
Respon Hasil (ton/Ha) | Pupuk N (Kg/ Ha) | ||
1 | |||
2 | 80 | ||
3 | 120 | 105 | |
4 | 160 | 140 | 120 |
5 | 175 | 150 | |
6 | 180 | ||
7 | 210 | ||
8 | 240 |
Tabel 4. Kebutuhan Pupuk P Berdasarkan Respon Hasil dan Efisiensi Pada Tanah Non Fiksasi Tinggi
Target hasil (ton/Ha) | 5-8 Ton /Ha | 9-12 Ton/Ha |
Respon Hasil (ton/Ha) | Pupuk P (Kg/Ha) | |
0 | 5-10 | 10-15 |
0,5 | 25-30 | 30-35 |
1 | 45-50 | 50-55 |
1,5 | 65-70 | 70-75 |
2 | 85-90 | 90-95 |
2,5 | 105-110 | 110-115 |
Berikan 100% pada saat pemupukan dasar atau maksimal ke 2
Tabel 5. Kebutuhan Pupuk K Berdasarkan Respon Hasil dan Efisiensi
Target hasil (ton/Ha) | 4-7 Ton /Ha | 7-10 Ton/Ha | 10-12 Ton/Ha |
Respon Hasil (ton/Ha) | Pupuk K (Kg/Ha) | ||
0 | 20-30 | 30-40 | 40-50 |
0,5 | 40-50 | 50-60 | 60-70 |
1 | 60-70 | 70-80 | 80-90 |
1,5 | 80-90 | 90-100 | 100-110 |
2 | 100-110 | 110-120 | 120-130 |
2,5 | 120-130 | 130-140 | 140-150 |
Berikan 100% pada pemupukan dasar bila <75 kg="" span="">75>
Berikan masing-masing 50% pada pemupukan dasar dan susulan 2 atau 3 bila > 75Kg
Dari table 3, 4 dan 5 dapat disimpulkan bahwa pemupukan N memiliki respon yang lebih signifikan terhadap hasil. Tetapi untuk P dan K respon terhadap hasilnya lebih rendah. Sehingga dapat di katakana bahwa pada tanaman jagung pupuk N bisa menjadi faktor pembatas produksi paling besar dibandingkan pupuk P dan K, tetapi perlu di perhatikan bahwa jika pemupukan P dan K kurang maka produksi juga akan turun karena dua unsure ini merupakan unsure makro primer kebutuhan pupuk pada tanaman jagung.
Tabel 6. Rekomendasi Pemupukan Pada Lahan Sawah Berdasarkan Hasil Kajian
Urea : 450 Kg/Ha Urea : 350-425 Kg/Ha
Sp36 : 75-125 Kg/Ha atau Phonska : 300 Kg/Ha
KCL : 75 Kg/Ha
Pemberian | Pupuk I | Pupuk II | Pupuk III | Tambahan |
Tanda Vegetatif | Daun 3 | Daun 6-8 | Daun > 10 | Bunga jantan <25 span="">25> |
Umur | 7 HST | 21-25 HST | >50 HST | |
Acuan Lain | BWD | BWD | BWD<4 span="">4> | |
Dosis pupuk | ||||
Urea | 100 | 100-150 | 100-150 | 75 |
Phoska | 150 | 150 |
Populasi tanaman optimal antara 60.000 sampai 75.000 tanaman perhektar
Jarak tanam sebaiknya 75cm x 20 cm 1 biji perlubang, atau 75cm x 40cm 2 biji perlubang.
Jagung juga bisa ditanam dengan system legowo dengan jarak 90-100cm x 40 cm x 20 cm 1 biji satu lubang
Tabel 7. Penggunaan BWD Pada Lahan Sawah
Warna daun | Skala BWD | Kg N/Ha | Kg Urea/Ha |
Hijau Kekuningan | <4 span="">4> | 69 | 150 |
Hijau | 4-4,5 | 58 | 125 |
Hijau Tua | >4,5 | 46 | 100 |
Penerapan dosis pemupukan tanaman jagung yang di tanam di lahan sawah lebih mudah mengacu pada table 6 Pemupukan berdasarkan rekomendasi hasil kajian di lahan sawah dan panduan acuan lain untuk skala BWD di table 7. Sebenarnya di setiap bungkus benih jagung yang di beli di took pertanian, perusahaan sudah mencantumkan dosis pemupukan dan cara pemupukan serta waktu pemberiannya dan setiap benih berbeda-beda, tetapi pada table yang saya sampaikan ini bisa sebagai referensi bentuk keseragaman dan cara pengukuran yang lebih tepat dengan menggunakan BWD, sehingga pemupukan lebih efisien. Di table berikutnya merupakan rekomendasi pemupukan jagung di lahan kering / tegalan
Tabel 8. Rekomendasi Pemupukan Pada Lahan Kering Berdasarkan Hasil Kajian
Urea : 300 Kg/Ha Urea : 200 Kg/Ha
Sp36 : 125 Kg/Ha atau Phonska : 300 Kg/Ha
KCL : 75 Kg/Ha
Pemberian | Pupuk I | Pupuk II | Tambahan |
Tanda Vegetatif | Daun 3 | Daun 7-8 | Bunga jantan <25 span="">25> |
Umur | 7 HST | 25-30 HST | |
Acuan Lain | BWD | BWD<4 span="">4> | |
Dosis pupuk | |||
Urea | 50 | 125-175 | 75 |
Phoska | 300 | - |
Tabel 9. Penggunaan BWD Pada Lahan Kering
Warna daun | Skala BWD | Kg N/Ha | Kg Urea/Ha |
Hijau Kekuningan | <4 span="">4> | 81 | 175 |
Hijau | 4-4,5 | 69 | 150 |
Hijau Tua | >4,5 | 58 | 125 |
Penting pula diperhatikan bahwa kandungan pupuk organik di lahan harus baik, dosis yang dianjurkan adalah lahan sawah : 2-3 Ton/Ha, dan Lahan Kering : 3-5 Ton/Ha. Pemupukan organik sangat memberi efek yang baik bagi tanaman jagung, saya membuktikan sendiri pada lahan pertanian saya. Syarat pupuk organik yang baik tentu harus sudah menjadi kompos, untuk mempercepat proses pengomposan dan meningkatkan kualitas pupuk organik bisa memanfaatkan decomposer. Yang saya prektekkan dan sudah terbukti bagus adalah decomposer stardec, yang bisa anda beli di toko-toko pertanian.
Pemupukan Organik sangat baik dilakukan sebelum benih jagung di tanam, dengan meratakan pupuk di lahan yang siap ditanami, jangan lupa ukur pH di lahan tersebut, jika pH asam kurang dari 6 lebih baik dilakukan pengapuran terlebih dahulu dengan menggunakan kapur pertanian / dolomite bersama dengan pemupukan organik. Pupuk harus benar-benar merata dan tipis karena jika tidak rata (menumpuk) maka akan menjadi tempat hama uret, yang tentu saja hama tersebut nanti bisa memakan akar tanaman jagung dan menyebabkan kematian tanaman
Comments
Post a Comment